Jumat, 24 Juni 2011

Ada Anak Gadis Bertanya pada Ibunya...

Seorang anak gadis berangkat remaja.. Bertanya pada ibunya:
"Ibu...terangkan padaku tentang hakekat seorang wanita...??"

Sang ibu terkejut mendengar anaknya bertanya tentang hal yang tidak ringan bobotnya.. Namun sangat penting bagi anaknya yang berangkat dewasa...
Dengan perlahan sang ibu menjawab:
"Pertanyaanmu tidak ringan jawabannya... Wanita itu..lembut tutur sapanya.. Sopan budi pekertinya.. Rajin menggali ilmu, tekun bekerja.. Prilaku setara dalam apapun karya.. Lincah dan dinamis geraknya.. dan tidak minder karena jenis kelaminnya.. Ruang geraknya leluasa.. Bahkan takkan tertandingi dia.. Dalam keikhlasan pengorbanannya melahirkan anak menyabung nyawa.. Membesarkan anak hingga habis waktunya...
Jika dia brumah tangga, dia partner setia suaminya.. Sabar mendidik anak-anaknya.. Menyemai benih iman, kesejukan taqwa..
Kalau dia bekerja, dia pandai membagi waktunya.. Ramah dan erat dengan mertua, ipar dan keluarga.. Serta baik hubungan dengan tetangga dan ikut membantu masyarakat..."

Demikian jawab ibunya... Kening sang gadis remaja tampak ada kerutnya, sinar tak puas terbayang pada matanya... Terdengar berikut ini kalimatnya:
"Ahh...mama.... Yang baru mama katakan ini.. Kok indah gambarannya,, dalam kenyataan lain lagi rasanya..."

Menjawab lagi ibunya:
"Memang Nak... Yang mama sebutkan tadi adalah bentuk idealnya, yang tidak mudah mencapainya.. Karena masalah ini memang tidak sederhana..."

"Mama..mama... Mama bilang tadi wanita harus lembut dalam bertutur sapa.. Tapi dalam kenyataannya.. Banyak perempuan judes dan suka mengomel saja, suka bergunjing bergosip memperkarakan sesama... Misalnya tante, adik mama itu.. Hari ini ngomongnya begini-begini di depan kita.. Minggu depan ngomongnya begitu-begitu di belakang kita..."

"Ya..ya..Nak... Iya... Itulah salah satu kelemahan wanita.. Mungkin malahan kelemahan yang utama.. Sukar menahan kata-kata tak berguna, sering lupa menjaga perasaan orang lain.. Bagi mama sendiri, ini cobaan sangat beratnya... Kalau sudah ketemu sesama teman arisan atau kawan dulu di SMA.. Kami bertanding siapa yang punya lidah paling berbisa.. Yang paling top adalah skandal demi skandal yang dianalisa.. Kemudian apa saja yang berkaitan dengan aib keluarganya..."

"Mah..mama... Jadi mama ikut-ikutan juga? Mama bergunjing bergosip pula? Mama mengunyah-ngunyah daging saudara sendiri juga?"

Dengan malu sang ibu menjawab anaknya:
"Anakku sayang... Mama tadi sudah katakan.. Yang paling berat kelemahan seorang perempuan adalah menjaga lidahnya, menjaga perkataan.. Ketika berkumpul-kumpul, apakah pengajian apalagi arisan.. Sering kita, kaum perempuan ini tak tahan pameran harta.. Memperagakan berlian di leher dan pergelangan tangan.. Menyebut merk mobil dan perjalanan liburan.. Bercerita tentang anak-anak yang sekolah di sekolah elite dan mahal... Itu akan menusuk perasaan kawan-kawan yang tak berpunya... Tapii..beginilah anakku sayang... Lebih baik mama sekarang berterus-terang.. Kamu lebih baik tahu dari sekarang.. Kamu akan jadi dewasa, kamu akhirnya akan tahu juga..."

"Mah..mama... Jadi dalam hal ini, fungsi sholat itu di mana? Yang katanya mencegah hal yang keji dan munkar itu? Mama rajin pergi ke pengajian, mama umroh, mama sholat.. Tapi sholat ternyata tidak mampu mencegah mama bergunjing dan bergosip.. Itu kan sama dengan mengunyah-ngunyah daging saudara sendiri.. Bagaimana itu, Mah.. Bagaimana..???"

"Anakku sayang... Mama koreksi sedikit ucapanmu tadi itu tentang fungsi sholat.. Jangan katakan sholat ternyata tidak mampu mencegah mama bergunjing dan bergosip.. Jangan katakan begitu..!! Yang tepat adalah.. Sholat yang tidak mampu itu... Jadi..mama belum betul melaksanakan sholat mama itu.. Mama belum khusyu' melaksanakan sholat mama itu.. Kalau mama sudah sungguh-sungguh betul... Pasti mama akan tutup mulut ketika kawan-kawan mama bergosip.. Pasti mama akan tutup telinga ketika kawan-kawan mama bergunjing.. Tidak tertarik lagi mengikuti kebiasaan tidak terpuji itu..."

"Mah..mama... Terima kasih atas keterus terangan mama.. Inilah nasihat yang sungguh sangat berharga.. Mah..aku akan selalu mengingatnya.. Sekarang..aku sudah mendapat bekal amat mahalnya.. Tentang apa yang kelak akan aku hadapi sebagai seorang perempuan ketika nanti mendewasa dengan kekuatan serta kelemahannya.. Dan keterus terangan mama sangat mengharukan aku.. Terima kasih Mah... Terima kasih Mama..."
:) i Luv U m0m... :)
--*e_c*--

Lancar Menulis

Lancar Menulis
(Korelasi Antara Bakat, Kompetensi, dan Kegemaran Membaca)
Oleh : Eka Nurcahyani


ABSTRAK
Menulis merupakan sebuah pekerjaan sulit bagi sebagian orang, namun hal tersebut bukanlah hambatan yang tidak bisa diatasi. Bakat adalah hal yang menolong seseorang dalam menulis. Meski begitu, pada dasarnya menulis adalah sebuah kompetensi yang bisa dipelajari. Dalam menulis, kegemaran membaca sangat berpengaruh dalam kekayaan dan keserasian wawasan dengan materi tulisan. Menulis adalah sebuah keterampilan yang bisa dikuasai melalui praktik dan latihan.
KATA KUNCI : Menulis, mengarang, bakat, kompetensi, membaca.

Setiap orang tentu bisa menulis, menuangkan semua yang ada di pikiran dalam bentuk tulisan. Kemudian yang membedakan adalah apakah tulisannya itu enak dibaca atau tidak, informatif dan menggunakan tata bahasa yang baik atau tidak. Menulis bisa tentang apa saja, tidak terkecuali dan tanpa batasan. Apa saja bisa dibuat tulisan, bahkan jika dikembangkan dengan baik bisa menjadi tulisan yang menarik, informatif, dan mendidik.

Menulis dan mengarang, samakah?
Ada dua kosakata yang sering digunakan secara bergantian dalam bahasa sehari-hari, yaitu menulis dan mengarang. Samakah menulis dan mengarang itu? Jawabnya bisa "YA" bisa "TIDAK". Mengapa demikian? Hal itu telah dijelaskan oleh Asul Wiyanto dalam bukunya yang berjudul Terampil Menulis Paragraf. Dalam buku tersebut, Asul Wiyanto (2004:2-3) menyatakan bahwa kata menulis dan mengarang memiliki persamaan dan perbedaan sebagai berikut:
• Persamaannya, kegiatan menulis dan mengarang adalah sama-sama mengungkapkan gagasan. Baik penulis maupun pengarang menyampaikan gagasan melalui huruf dan tanda baca.
• Perbedaannya, kegiatan menulis menghasilkan tulisan. Contoh tulisan antara lain makalah, artikel, buku umum, dan buku pelajaran. Sedangkan mengarang menghasilkan karangan. Contoh karangan antara lain puisi, cerpen, novel, dan drama.
Lantas apa yang membedakan antara tulisan dan karangan? Pada umumnya tulisan dilandasi fakta, pengalaman, pengamatan, penelitian, atau analisis suatu masalah. Sebaliknya, karangan lebih didominasi oleh imajinasi dan perasaan pengarang. Namun dalam pemakaian sehari-hari, arti kata menulis telah mencakupi kata mengarang. Seperti pada bukti yang dipaparkan oleh Asul Wiyanto (2004:3) bahwa sering kita menyebut penulis cerpen, penulis novel, atau penulis drama. Sebaliknya tidak pernah kita menyebut pengarang makalah, pengarang laporan, dan sebagainya. Hal itu dapat dibandingkan, misalnya, dengan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa mencakupi laki-laki dan perempuan, sedangkan mahasiswi hanya perempuan. Jadi, arti kata menulis sudah mencakupi kata menulis mengarang.

Menulis bukan bakat, namun kompetensi
Bakat seringkali dihubungkan dengan kepandaian menulis, seakan bakat merupakan faktor yang paling menentukan. Padahal kepandaian mengarang lebih tepat dilihat sebagai kepandaian praktis, sehingga adanya keinginan dan keseriusan melatih diri akan memberikan hasil yang lebih maksimal. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Asul Wiyanto (2004:7-8) bahwa menulis memang gampang-gampang susah. Gampang kalau sudah sering melakukannya dan susah kalau belum terbiasa. Sebab menulis termasuk jenis keterampilan. Sebagai keterampilan, sama seperti keterampilan yang lain, untuk memperolehnya harus melalui belajar dan berlatih. Itulah kuncinya. Hal ini dapat dibandingkan dengan kegiatan masa kecil kita, yaitu ketika belajar mengendarai sepeda. Sering jatuh dan luka-luka sudah biasa karena belum terampil. Tetapi, kita tentu masih ingat bahwa makin sering berlatih, makin jarang jatuh dan akhirnya dapat mengendarai sepeda. Mula-mula hanya berani mengendarai di halaman rumah, kemudian agak jauh, dan akhirnya berani sampai ke mana-mana.
Gagasan Asul juga diperkuat oleh pendapat A.Hadi Nafiah (1981:viii) bahwa bakat yang besar tanpa dikembangkan dan diarahkan dalam latihan-latihan, sulit diprediksikan mampu membuahkan kepandaian yang diinginkan. A.Hadi Nafiah (1981:ix) juga menambahkan bahwa bakat boleh jadi dapat menolong. Tetapi kunci utamanya justru terletak lebih banyak pada keinginan yang besar dan kemauan yang keras dalam berlatih. Lantas mengapa ada anggapan bahwa menulis itu sulit? Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya menulis itu bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menjadi seorang penulis yang terampil. Menurut A.Hadi Nafiah (1981:ix), teori-teori atau tuntunan menulis agaknya perlu pula dipelajari. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Agar menulis menjadi gampang, harus ada kesediaan untuk melalui setiap proses pembelajaran yang harus dilewati jika ingin mencapai tahap "gampang" itu (Andrias Harefa, 2002:xii). Karena semua hal mudah pasti berawal dari hal-hal yang sulit.
Kunci dari bisa menulis adalah latihan dan latihan. Intensitas latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Keterampilan menulis dapat digunakan untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan, memberi informasi dan mempengaruhi pembaca (Henry Guntur Tarigan, 1986:22). Maksud dan tujuan seperti itu akan dapat diraih dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Sebaiknya menulis itu menjadi sebuah rutinitas seperti makan. Makan adalah sebuah rutinitas yang sudah terjadwalkan yaitu tiga kali sehari. Hingga akhirnya terbiasa menjalankan rutinitas makan. Ketika pagi sarapan, siang makan siang, dan malam makan malam. Rutinitas itu akan secara otomatis dilakukan dengan ringan dan tanpa beban. Menulis pun demikian, harus terjadwalkan. Kalau belum bisa tiga kali sehari, dapat dijadwalkan tiga hari sekali. Kalau masih belum bisa tiga hari sekali, minimal satu minggu sekali. Tidak ada waktu yang tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seseorang dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Teori sebanyak dan sebaik apapun yang diserap hanya akan berhenti jika tidak pernah mulai berlatih menulis.

Faktor yang membuat menulis dianggap sulit
Pada dasarnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan sebagian banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit, antara lain takut melakukan kesalahan, kurang percaya diri, perasaan tidak bisa, lemahnya kesadaran akan pentingnya menulis, tidak tahu manfaat menulis, keterbatasan mengakses informasi sehingga tidak tahu apa yang harus ditulis, dan tidak adanya kebiasaan menulis. Semua faktor penghambat itu harus segera dibuang jauh-jauh. Semua ide yang muncul akan menjadi sia-sia karena kembali terkubur dalam dasar otak akibat rasa takut salah. Padahal setiap orang tentu saja pernah berbuat salah. Tetapi, yang lebih salah adalah ketika kita menyerah dan berhenti menulis karena takut mengalami kesalahan. Kita harus mengakui dan belajar dari kesalahan tersebut. Manusia yang benar bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat salah. Tapi, manusia yang benar adalah manusia yang mau belajar dari setiap kesalahannya, serta mengembangkan diri atas dasar setiap masalah yang pernah diperbuat. Faktor kurangnya rasa percaya diri merupakan hal yang paling sering dialami oleh para pemula yang baru mulai belajar menulis. Salah, jika orang tidak percaya diri dalam menulis, dan akhirnya tidak menulis sama sekali. Kita harus belajar menghargai diri sendiri, menyakinkan diri, bahwa kita mampu dan berpotensi menulis dengan baik. Belajar menulis adalah salah satu sarana kita dalam meningkatkan rasa percaya diri. Dengan terus belajar, kualitas tulisan kita pun akan bertambah baik.

Tradisi menulis sebagai tolok ukur perkembangan ilmu pengetahuan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1986:22) pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis juga sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan kita untuk berpikir secara kritis. Kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang sedemikian pesat, sudah seharusnya disertai dengan kesediaan sarana seperti buku atau bacaan yang banyak dan up to date di setiap lembaga atau satuan pendidikan. Tampaknya perlu segera dicari suatu strategi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini, di mana menurut pendapat Henry Guntur Tarigan (1986:7) tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif atau tepat guna. Dalam hal ini diperlukan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan akan berkembang jika disertai dengan tradisi menulis, sesuai dengan yang diungkapkan Henry Guntur Tarigan (1986:19) bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil tulisan yang tercetak di negara tersebut. Hal tersebut dapat diartikan bahwa makin banyak orang yang suka menulis di suatu bangsa, makin majulah banngsa itu (A.Hadi Nafiah, 1981:6). Dengan kata lain, ilmu pengetahuan akan tumbuh jika ada tradisi menulis di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat akademik. Henry Guntur Tarigan (1986:4) juga mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Namun seperti yang kita tahu, tradisi lisan masih jauh lebih dominan dibanding tradisi menulis. Orang bisa betah berbicara berjam-jam, tapi segera pusing jika dihadapkan dengan tugas menulis. Tapi memang menulis itu tidak sepenuhnya mudah. Itu sebabnya, dari empat keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), keterampilan menulis berada pada urutan terakhir karena dianggap paling sulit.
Menulis melibatkan banyak faktor, seperti apa yang ditulis, untuk siapa tulisan itu dimaksudkan, dan bagaimana menulisnya. Menulis juga menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan praktik langsung (Henry Guntur Tarigan, 1986:8). Namun demikian, kendati merupakan keterampilan yang paling sulit, tidak berarti keterampilan menulis tidak bisa dipelajari dan dikuasai. Sebelum mulai berlatih untuk menulis, ada beberapa hal yang harus dikukuhkan terlebih dahulu sebagai pondasi dasar, yaitu keyakinan bahwa "aku bisa menulis", harus dibangun kuat. Keyakinan itu harus didorong dengan rasa cinta, sebuah kekuatan luar biasa di bawah sadar yang membuat seseorang menjadi sensitif dan peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Dengan kecintaan, menulis akan menjadi semudah menulis puisi cinta yang romantis saat jatuh cinta. Maka hati akan mudah digerakkan. Selain cinta, juga diperlukan komitmen, kesungguhan hati, tekad kuat, keyakinan, dan percaya diri untuk bisa menulis (Andrias Harefa, 2002:35).
"Menulislah pada saat awal dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan itu dengan pikiran. Kunci pertama menulis adalah bukan berpikir, melainkan mengungkapakan apa saja yang dirasakan", itulah ungkapan dari William Forreser yang saya baca dari sebuah artikel Habiburrahman El Shirazy. Agar kemampuan menulis berkembang menjadi kebiasaan, maka latihan adalah bangunan berikutnya. Tulis apa saja yang bisa ditulis. Habiburrahman, dalam artikelnya juga menyarankan untuk mengingat pesan J.K. Rowling "Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu, menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri".

Membaca, salah satu cara untuk lancar menulis
Ide bisa berasal dari apa saja dan di mana saja. Hanya diperlukan situasi yang kondusif dan kebiasaan mengamati lingkungan sekitar agar ide itu muncul sebagai sebuah kebiasaan. Untuk mengembangkan ide-ide tersebut, dapat dilakukan dengan rajin membaca (Andrias Harefa, 2002:25). Kebiasaan menulis itu setali tiga uang dengan kebiasaan membaca. Orang yang terbiasa menulis, tentu ia gemar membaca. Sementara orang yang jarang membaca, tentu akan terbata-bata ketika harus menulis. Kian banyak buku yang dibaca, kian banyak bahan tambahan yang didapat, maka materi tulisan pun akan makin bervariasi. Bahan-bahan tambahan itu akan memperkaya keserasian ide dengan wawasan. Menurut Mardjuki (dalam Andrias Harefa, 2002:31), untuk mengolah bahan-bahan itu ada tiga cara, yaitu 3N : Niteni (mengamati), Nirokke (meniru), dan Nambahi (menambahi). Amati saja beberapa tulisan orang lain, pahami karakternya, tiru gayanya atau pola pikirannya, buat dengan gaya sendiri dengan menambah di sana –sini. Menjadi diri sendiri bukan berarti harus lain daripada yang lain. Bukan berarti pula harus beda dalam segala hal, karena ada kalanya meniru itu baik. Meniru dalam hal ini bukanlah meniru agar sama persis, melainkan mempelajari dan menyatukan beberapa karakter yang berbeda sehingga menghasilkan sebuah karakter yang benar-benar baru. Itulah seni menulis, seperti penjahit yang menyatukan bahan demi bahan. Beda orang beda hasil jahitan. Keterampilan dan latihan terus-menerus akan menghasilkan karya yang berbeda tergantung pada kualitas dan kualitas latihannya.


Kesimpulan dan Saran

Dari berbagai uraian tentang menulis yang telah saya jelaskan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sesungguhnya tidak ada hambatan yang berarti ketika kita belajar menulis. Pada awalnya memang terasa sulit, tetapi latihan menulis secara terus-menerus akan membuat kita sadar, bahwa dalam latihan menulis, sesungguhnya tidak ada hambatan yang tidak bisa ditakhlukkan. Kita harus yakin bahwa kita bisa menulis. Tidak ada yang patut kita jadikan sebagai pembenaran untuk berhenti menulis. Sebab, menulis merupakan hal mudah yang dapat dikerjakan oleh setiap orang. Yang diperlukan adalah semangat, rasa pantang menyerah, dan tekad yang kuat untuk menulis. Terus berlatih dan jangan cepat merasa puas. Kita akan bisa, karena telah terbiasa.

Daftar Rujukan

Andrias Harefa. 2002. Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Asul Wiyanto. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo
A.Hadi Nafiah. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional
Henry Guntur Tarigan. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Habiburrahman El Shirazy. 2005. Mengenal Teknik Penulisan Cerpen.

Kamis, 23 Juni 2011

I just miss you!!

I know.. You're gone, forever gone.. I try so hard to receive it..
I sometimes think I hear and see you, as soon I tell myself it's not true!! And always, it breaks my heart in to smallest pieces..

Not a day goes by where I don't think of you, hoping that you'd come back.. So the days won't be blue..
I feel no one understands me..apart from you... :(

I lost in my thoughts.. With you on my mind..
Still I try so hard to understand..
I'm going insane!!
I just can't get you out of my mind..
I love you..
I miss you..
I wish you're here..

Standing at your grave was my biggest fear..
Out in the cold looking down..
How could my Darl be in the ground??!
How can it be??
Why is this true??
Oh God...
Oh Darl,, I just miss you!!

I know...
Your pain has stopped.. Now it's my turn to feel...
And I know,, you are happy.. Wherever you are... Amiin...

---*e_c*---

Sesungguhnya Ada Rindu...

Aq pernah hilang di kegelapan yg kelamnya mengalahkan gulita malam..
Penuh ketakutan, kebingungan dan gundah berkepanjangan..
Aq meraba2,, padahal mata ini tidak buta..bahkan mereka penikmat dunia..
Aq pernah diselubungi kesunyian mencekam di dasar kalbu yg dalam..
Sesungguhnya ada rindu pd syair cinta,, tp aq tak peduli..
Telinga ini biasa dengar hingar bingar..bahkan syaitan2 penghancur iman..
Aq pernah terbungkam dlm kebisuan.. Lidah'q kelu,, tak pernah melantunkan ayat2-MU.. Padahal aq tidak bisu..
Bibir ini terus berkoar.. Penuh dusta, kesombongan dan kemunafikan..
Tubuh'q pernah bagai lumpuh..
Setiap langkah, menuju kemaksiatan..
Setiap sentuhan, menyakiti hamba Tuhan..
Setiap gerakan, mencerminkan kesalahan..
Namun.. Ketika itulah Kau menyentuh mata dan hati'q.. Agar q lihat agungnya kebesaran-Mu..

Yaa Samii'..
Kau lepaskan sumbat telinga, Kau izinkan aq dengar indahnya simfoni cinta, pedoman hidup'q..

Yaa Allah..
Kau basuh lidah'q.. Hingga diri ini mampu temani bulan dan bintang berakhir pada-Mu yaa Kabir..

Yaa Lathif..
Melalui kelembutan-Mu, raga'q mulai mampu bersujud pada-Mu..

Yaa Majid..
Dekatkanlah aq selalu pada-Mu..
Siram hati'q dgn kesejukan-Mu..
Lindungi aq dgn keperkasaan-Mu..
Selubungi jiwa dan raga'q dgn cinta-Mu..

*e_c*

Rabu, 22 Juni 2011

Secret of Silence

Apa kamu tahu apa itu diam...???
Apa kamu tahu...
Bahwa diam itu bukan lagi emas!!!
Diam adalah tidak peduli
Diam adalah bodoh
Diam adalah tidak tahu
Diam adalah statis
Diam adalah mati
Diam adalah.....
Ketika kata tak lagi bisa mengungkapkan isi hati dan kepala
Kenapa aku diam...???
Hanya dengan diam,, semua bisa
teredam
dan
terlupakan!!

Rumah Baru Kamu...

Tulisan ini saya buat sepulang dari mengunjungi makam almarhum Wahyu Widodo, bertepatan saat empat puluh hari sepeninggalnya.

Empat puluh hari lebih kamu nggak ada di sisi ku lagi dan orang-orang yang menyayangi kamu. Masih terasa sekali kehilangan itu. Memang mungkin akan berkurang, tapi nggak akan hilang. Hanya doa yang tak henti ku panjatkan. Sebetulnya doa itu juga untuk ku, agar selalu dikuatkan, karena kamu jelas sudah tenang dalam damai dekapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Hanya doa.. dan segenggam bunga itu yang secara fisik aku bawakan untuk kamu, di rumah baru kamu. Sedangkan rumah baru yang sebenarnya adalah milik Allah, di sisi-NYA.


Berat rasanya ketika harus beranjak dari tempatmu, meninggalkan kamu. Sejujurnya aku ingin selalu menemani kamu, seperti saat kamu selalu menemani aku, dulu. Hmm.. baik-baik ya di rumah baru kamu. Meski tidak sering, insyaAllah aku tidak akan lupa untuk mengunjungimu. Melati itu untuk hiasan rumah barumu, meski bisa layu tapi yang di hati ini tetap segar dan wangi. I love you... :*
---*e_c*---
*still dealing with the pain..

Memory of 01/05/2011 - 02/03/2011, when he passed away..

Minggu, 1 Mei 2011.

Seperti hari-hari biasanya, aku melakukan aktivitas ku hari itu dengan sedikit malas-malasan. Semuanya tidak ada yang berbeda. Hanya memang rasa malas yang tidak seperti biasanya. Aku cuek saja. Sekitar jam 2 siang, langit mulai mendung. Sebenarnya aku berencana mengantar adikku belanja keperluan yang akan dia bawa untuk tour ke Bali, jadi jam 4 sore aku sudah mandi dan bersiap. Tapi berhubung hujan, rencana itu kami tunda sampai hujan reda. Selagi menunggu redanya hujan, aku duduk di kursi tamu di rumah. HP ku berdering, ada sms masuk. Ku lihat folder inbox, hehe, tertera nama “Pa’D” (nama kontak untuk Mas Wahyu Widodo / Dodod) yang memang sudah tidak asing lagi di HP ku.

“Pa’ D: Sore mah, lg apa? Mpun iam n ashar blm?” langsung saja ku balas.
“Aku: Sore jg pahh.. sampun nuw,, mpun harum niki.. Hoho”
“Pa’ D: Coba tk tium e hrum tenan pu gk? :”> hehehe, mpun mam dereng?”
“Aku: Ooo..tidak bissaaa... :p mpun mam td, pean? Mpun smpe mna skrng? Hti2..”
“Pa’ D: Bru nyampe Jombang |-) njeh ntar q ksnanane agak mlm njeh mah”
“Aku: Ouh, njeh pah.. tp dsni ujan e ngriwis ae, jd liat adja nti njeh”
“Pa’ D: Njeh, nti ikut aq yuk mah?”
“Aku: Mau k mna emg e pah?”
“Pa’ D: Beli mantel”
“Aku: Lho bukan nya mantel pean msih bru tho?”
“Pa’ D: Bwt pean mantel e”
“Aku: Emuh ahh, d rmh lho uda ada mantel pahh.. ”
“Pa’ D: Q gk tega nek ujan nek mesti kmaleman plng e pean, mw y?”
“Aku: Ugag usah pahh..  q ugag pa kok, tnang adja njeh.. ”
“Pa’ D: Q cma coba nglindungin walopun cma dr aer ujan. Nggeh mah gpp lok pean gk mw”
“Aku: Iyaa cynk.. q tau kok niat pean..  ma’aciiihh.. tp q ugag pa kok ”
“Pa’ D: Njeh”
“Aku: Q mghrib dlu njeh”
“Pa’ D: Njeh, jgn lpa maem n shalat e”
“Pa’ D: Njeh...”

Aku beranjak ambil air wudhu lalu shalat maghrib. Selesai shalat, ku lihat HP ku, sudah ada pesan masuk lagi.
“Pa’ D: Nyampe terminal, ujan e deres”
“Aku: Njeh mpun, hti2 klo pulng”
Sekitar jam 18.30 ada sms lagi..
“Pa’ D: Mpun nyampe rmh mah”
“Aku: Njeh pah, ndang iam trus mam”
“Pa’ D: Sipp nti q k rmh pean njeh?”
“Aku: Sni ujan lho pahhh..”

Tidak ada balasan, mungkin memang ditinggal mandi dan makan malam. Sekitar jam 19.12 sudah sms lagi..hehe (rajin banget deh pokoknya). Tapi jaringan operatornya sudah mulai lemot. Huh...
“Pa’ D: Q brangkat k stu y mah”
Berhubung hujannya lumayan deras, cepat-cepat ku balas.
“Aku: Sni ujan, apa nggk skalian bsok adja pah.. drpd ujan2 gni??”
Sms ini ku kirim beberapa kali karena pending. Cukup lama ku dapat balasan dari dia. Jam 19.25, baru dia balas smsku.
“Pa’ D: niki sampun kadung siap brangkat mah”
Cepat-cepat ku ketik sms balasn untuk mencegahnya berangkat, sudah ku ketik dan ku masukkan nomornya, tapi saat tekan “send”, HP ku mati. Sedikit jengkel. Lalu ku charge sebentar. Karena ku rasa kelamaan nunggu HP yang sedang ku charge, aku sms dia pakai nomor ibuku.
“Aku: Pean pa nekat tho pah??” tapi tidak dibalas. Lalu ku sms lagi.
“Aku: Pean lg apa?” aku sms seperti itu karena ku kira dia menuruti kata-kataku untuk tidak berangkat ke rumahku. Karena biasanya dia tidak pernah menolak apa yang ku bilang ke dia, selama itu tidak menyalahi aturan. Karena tidak ada balasan, aku kirim sms lagi.
“Aku: Klo sms d numb ini adja njeh, cz GSM q baterainya empty..”

Tidak ada balasan. Berkali-kali ku lihat ke depan rumah, siapa tau dia benar-benar nekat. Tapi sampai jam setengah sembilan malam dia belum datang juga. Saat itu aku sama sekali tidak berpikiran apa-apa. Lalu ku tinggal nonton TV, acara saat itu pertandingan antara Manchester United vs. Arsenal. Setelah ku rasa HP ku sudah cukup terisi baterainya, ku cabut dari charger, ku pikir dia membalas di nomorku, ternyata tidak!! Lalu ku sms dia lagi,
“Aku: Pean marah tho??” tapi tidak dibalas juga. Bahkan berkali-kali ku telepon, tidak diangkat juga. Aku mulai merasa jengkel. Jadi ku kirim sms dengan nada sedikit emosi,
“Aku: Njeh mpun.. Q jg mau tdur, bsok msuk pagi n nggk bs telat. Pean met tdur.. Good night, nice dream..”

Aku sama sekali tidak berpikiran negatif. Aku berkesimpulan bahwa dia benar-benar tidak jadi berangkat dan mungkin ketiduran karena kelelahan, mengingat dia baru saja pulang dari Surabaya untuk menghadiri acara wisuda kakaknya.
Aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi sama sekali tidak bisa tidur. Tidak tau mengapa, ada perasaan yang aneh, tapi buru-buru aku tepis dengan minum segelas air putih. Karena dia tidak membalas sms dan tidak menjawab teleponku, aku putuskan untuk tidak mengganggu tidurnya (karena ku kira saat itu dia sedang tidur). Lalu aku online untuk chatting (mig33), siapa tau dia online, ternyata juga tidak!!
Seperti biasa, aku masuk room obrolan Carubane. Aku bercanda dengan teman-teman di room itu, karena aku juga lumayan lama, hampir 2 bulan jarang online, jadi sekalian melepas kangen. Lalu ada salah satu teman yang “pv” (istilah untuk privat chat), sebut saja namanya Potaway. Dia adalah salah satu teman Mas Wahyu juga, dan rumah mereka pun bertetanggaan. Kurang lebih begini obrolanku dengan dia:

“Potaway: Cha, kmu msih sma dodod?”
“Aku: Iya, pasti nuw mas”
“Potaway: Kpan trakhir ktmu dodod?”
“Aku: Emmm.. kpan ya? Kira2 Kamis mggu lalu, sblm mz’dod k Sby.. emg knpa mz?”
“Potaway: Lha saiki dodod nandi?”
“Aku: Nggk tau mz, td sih kta ny mau ksni, tp kyk ny gajadi. Mngkin ktiduran”
“Potaway: Brarti arep nggonan mu tenan?”
“Aku: Iya sih td..”
“Potaway: Wis krungu kbar durung?”
“Aku: Kbar apa mz?”
“Potaway: Tak kasih kbar Cha, tp tatag no atimu sek”
“Aku: Ada apa ada apa?”
“Potaway: Yakin wis kuat?” aku mulai cemas.
“Aku: Kabar apa tho mas??? To the point sajaa..”

Belum sampai dia membalas, ada pesan masuk dari nomor tidak ku kenal, isinya:
“X: Mb’Cha mz’dodod nggk ada”.

Sontak aku terkejut dan tidak percaya. Lalu ku lihat ke layar obrolanku dengan Potaway, ku baca ketikan terakhirnya:
“Potaway: Dodod kecelakaan Cha”

Masih tidak percaya, aku balas sms dari nomor tidak ku kenal itu.
“Aku: Maksud nya???? Ini siapa??”
“X: Ini q Bimo mb”

Aku belum percaya, tapi air mata sudah mulai jatuh. Langsung ku telepon Bimo (adik sepupu dari Mas Wahyu / Dodod). Dan memang...itu benar!!!
Aku limbung dan langsung terduduk lemas. Rasa tidak percaya, sedih, marah, menyesal, berdosa dan semua rasa yang tidak bisa dirasakan bercampur menjadi satu. Hanya menangis, itulah satu-satunya hal yang bisa ku lakukan. Aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan dia secepat ini. Ibuku pun meneteskan air mata tidak percaya. Waktu itu sekitar jam 22.30. Aku bersikeras untuk pergi ke rumahnya mas. Tadinya orang tua ku melarang karena takutnya di sana aku tidak kuat dan justru malah merepotkan, tapi ku yakinkan mereka bahwa aku kuat (meskipun saat itu untuk menggelengkan kepala saja terasa sangat berat bagiku). Akhirnya aku diantar oleh adik, bapak dan pak lek ku sekitar jam 22.55. Aku tidak langsung ke rumah duka, tapi ke RSUD Kabupaten Madiun (Panti Waluyo) karena informasi dari Bimo, jenazah masih di RS. Sampai di RS sekitar jam 23.30, keadaan sudah sangat sepi, aku telepon Bimo, dia bilang jenazah baru saja sampai di rumah. Aku bergegas menyusul ke rumah. Dan memang aku berpapasan dengan mobil ambulance yang mengantar jenazah. Air mataku mengalir tanpa bisa ku cegah. Aku masih belum bisa percaya!!

Sesampai di rumah duka, sudah ramai orang. Ku kuatkan kakiku untuk melangkah memasuki rumah. Astaghfirullah...yaa Rabb...rasanya raga ini sudah tak bertulang! Terlihat peti jenazah di hadapanku. Aku berpegang pada tiang rumah untuk menguatkan diriku sendiri membantu menopang tubuhku. Aku terduduk lesu dan disapa oleh bapaknya mas. Beliau ngobrol dengan bapakku. Sedang aku hanya memandangi peti di hadapanku, yang di dalamnya terbujur jasad orang yang sangattt berarti dalam hidupku, yang sangat ku sayangi, yang belum sempat aku membuatnya bahagia dan bangga. Aku masih bisa menahan air mataku, aku tidak mau terlihat menangis di hadapan almarhum, karena memang selama ini dia paling tidak ingin aku bersedih, apalagi menangis. Lalu Om Agung (ayahnya Bimo) mengajakku untuk menemui ibu. Aku melangkah dengan sedikit ragu dan takut (takut kalau aku tidak diterima karena menyebabkan anaknya tiada). Ternyata tidak, beliau langsung menangis ketika melihatku dan tangis semua orang pun pecah di ruangan itu. Aku memeluk ibu dan memohon maaf. Seandainya mas tidak berencana ke rumahku, mungkin akan lain ceritanya. Sungguh tidak kuasa aku melihat kondisi ibu saat itu. Astaghfirulloh... Tidak banyak yang bisa ku katakan saat itu. Aku hanya bisa terpaku dan mengumpulkan kekuatanku, sesekali ku usap air mata ibu dan saling menguatkan.

Setelah jenazah disholatkan, tante Mimin (mamanya Bimo) mengajakku dan ibu untuk membacakan surat Yasiin dan tahlil untuk mas. Aku beranjak dan ikut mengambil wudhu. Saat di kamar mandi, ku lihat pakaian mas tergantung ditembok, mungkin itu yang dia pakai sewaktu pulang dari Surabaya tadi. Ku ambil pakaiannya, masih basah.. (berarti dari terminal menuju rumah, dia kehujanan) lalu ku peluk erat pakaian itu, tidak kuasa ku menahan air mataku. Aku sadar, aku harus segera berwudhu, ku gantungkan kembali pakaian itu dan ku cium. Di luar aku sudah ditunggu ibu.
Tante Mimin, ibu dan aku ke rumah depan, duduk di samping peti jenazah, lalu membacakan fadhilah al-fatihah berlanjut yasiin dan tahlil. Ingin sekali rasanya saat itu aku memeluk dan mencium jasad mas untuk terakhir kali, tapi tidak diizinkan, entah karena alasan apa. Sangat sedih dan entah apa nama perasaan itu, karena tidak bisa memeluk, mencium, bahkan sedetik saja melihat mas untuk terakhir kali pun tidak bisa. Yaa Alloh... betapa ku rasa tidak adilnya Engkau saat itu. Astaghfirulloh...

Sekitar jam setengah tiga pagi aku pamit untuk pulang. Sepanjang perjalanan aku terus menangis tak kuasa menahan air mataku. Mengapa dia harus pergi meninggalkan aku? Mengapa semua harus berakhir secepat ini? Mengapa harus dengan cara seperti ini? Ya Alloh..entah perasaan semacam apa ini. Sampai di rumah aku sudah tidak bisa menangis, aku tidak ingin orang tuaku khawatir akan keadaanku. Aku hanya duduk lemas terdiam di kursi yang selalu mas pakai untuk duduk saat di rumahku. Setelah masuk waktu subuh, aku beranjak untuk melaksanakan sholat subuh. Di saat itu aku hanya bisa menangis dalam sholat dan doaku. Sama sekali tidak khusyuk.

Senin, 2 Mei 2011.

Acara pemakaman dilaksanakan sekitar jam 9 pagi. Jam setengah 7 pagi aku bersiap, kembali ke rumah almarhum mas. Sudah ramai orang bertakziah. Banyak juga teman-teman kampus dan teman main mas. Aku bersama ibu, bapak, mbak, tante dan omku. Aku duduk di dekat peti jenazah bergabung dengan ibu dan mbaknya mas. Lalu jenazah disholatkan lagi sebelum diberangkatkan..menuju tempat peristirahatan terakhir. Setelah disolatkan dan didoakan, mulailah diangkat peti itu. Astaghfirullah... yaa Rabb... Engkau benar-benar mengambilnya.

Saat jenazah diberangkatkan, tanteku memegangiku, melarangku ikut ke pemakaman. Tapi ku lepaskan pegangan tanteku, dan berlari mengejar iringan orang-orang. Aku bertemu dengan dua orang teman mas, entah siapa nama dua mbak-mbak itu, aku lupa bertanya. Mereka menceritakan semua curhatan mas ke mereka, dan itu tentang aku, tentang harapan dan keseriusan mas kepadaku. Aku hanya terdiam menahan air mataku agar tidak sampai jatuh. Mereka memeluk dan mengatakan agar aku bersabar. Aku hanya diam. Kosong.

Di pemakaman, aku berdiri di samping Mbak Us (mbaknya mas) di depan liang lahat. Ku lihat jelas jasad mas dalam balutan kain kafan diangkat dari dalam peti, tapi tetap saja, tidak bisa ku lihat wajahnya. Hanya sedikit ujung kepala dan sebuah kapas kecil dengan setitik darah yang bisa ku lihat..itulah untuk terakhir kalinya aku memandang mas. Ku ambil 3 kepal tanah liat dan ku masukkan ke dalam liang kubur, untuk melepas mas. Ku lihat jasad mas mulai tertutup tanah dan dipasang nisan di atas gundukan tanah makam mas. WAHYU W. Senin Kliwon, 02-05-2011. Itu yang tertulis di batu nisan. Ku taburkan bunga dan ku panjatkan doa untuk mengantar kepergiannya, kepergiannya untuk menempuh perjalanan sucinya menghadap Alloh subhanahu waa ta’ala.
Pahh.. Aku dilahirkan untuk kamu. Kamu dilahirkan untuk aku. Aku menyayangimu, tapi Alloh lebih menyayangimu. Sehingga aku merelakan kamu pergi.

Ya Allah aku tidak tau bagaimana akhir hidupku, aku tidak tau apa yang akan terjadi esok. Tapi apapun yang akan terjadi, aku serahkan, aku kembalikan kepada-Mu yaa Rabb...