Senin, 08 Agustus 2011

Seratus Hari Kepergianmu...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

"Aku menulis ini, bukan untuk menggugat keputusan Allah swt., tapi lebih untuk melerai duka, melarung lara, karena kepergian sosok yang berharga. Semoga dengan menulis ini tidak mengurangi nilai kesabaran dan keikhlasan, karena aku tetap ingin digolongkan sebagai orang yang sabar dan ikhlas saat dicoba. Dengan ini aku banyak belajar."


Genap seratus hari kepergianmu, tapi aku merasa kamu belum pergi jauh. Padahal semua orang tau, bahkan rumput di atas pusaramu pun akan berkata bahwa kamu takkan pernah kembali. Masih selalu kuingat tawamu, candamu, dan nasihatmu. Tak pernah sekalipun kamu marah padaku, kamu selalu dalam lembut diammu.

Seratus hari kepergianmu, maaf.. aku tak sempat menjenguk pusaramu hari ini. Bukan, bukan karena aku tak mau. Tapi tubuhku tak mampu. Jauh...ribuan, atau bahkan berjuta tahun cahaya, aku telah kehilanganmu. Di langitmu, apakah kau juga menghitung kepedihan meninggalkanku? Seperti aku yang masih saja belum bisa bersahabat dengan dunia yang membedakan hidup dan mati.

Aku berjalan tertatih, menghitung setiap langkah kakiku. Kapankah aku mencapaimu? Aku masih meneteskan air mata jika mengingat segala tentang kamu, semoga itu bukan berarti aku terjebak pada rasa kehilangan dan terperangkap romantisme bersamamu, dulu. Dalam mimpi, kau tersenyum dan memarahi air mataku. Semua suara pun membisiki, jangan tangisi kepergianmu. Lantas, ke manakah hakku?? Bukankah aku berhak atas air mataku sendiri?? Dan aku berhak atas rasa yang ada di hatiku.

Seratus hari kepergianmu, aku masih berusaha untuk berdamai dengan diriku sendiri. Begitu banyak nasihat ku dapat dari sahabat. Maafkan aku sahabat-sahabatku, jika aku seolah mengabaikan semua yang kalian katakan. Aku mengerti maksud kalian baik untukku, tapi alam bawah sadarku belum bisa sepenuhnya menerima apa yang kalian anjurkan. Aku terharu, sekaligus pilu.

Maaf jika segala pertanyaan tentang apa sebab akan “hal itu” tidak ada jawaban dariku. Semoga itu bukan karena ketidakikhlasan. Aku hanya merasa letih, harus menjawab hal yang sama berulang-ulang. Aku juga takut, jika sebab kematian menjadi begitu jelas bagiku, justru akan berbalik menjadi gerbang penyesalan untukku, yang dibisikkan oleh setan. Aku takut akan ada bisikan-bisikan: “kalau saja begini, kalau saja begitu..” Astaghfirullah... Cukuplah aku katakan bahwa waktu untuknya telah tiba, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan, apa pun sebabnya.

Masih lekat dalam ingatan semua mimpi yang sempat kita rencanakan. Masih terekam jelas semua pesan dan nasihat yang selalu kamu berikan. Masih ku ingat keinginanmu untuk hidup seribu tahun. Namun, ternyata Allah memanggilmu lebih dulu. Masih ku ingat pula kata yang sempat kamu utarakan: “u’ll be the last for me”, dan benar saja.. Allah mengijabahnya, meski ku tak pernah sangka, dengan inilah cara-Nya. Masih banyak, masih banyak lagi kenangan indah bersamamu, yang akan terus kusimpan, dan kuceritakan nanti, saat kita berjumpa lagi. Tunggu aku ya darl, doaku.. semoga Allah mengijinkan kita bersama lagi di surga-Nya, nanti... Amiin.

Darl.. aku hanya ingin mengenang hal-hal yang indah darimu. Bukan ingin memberatkan langkahmu untuk lelap kembali dalam rengkuhan Allah swt. Sungguh aku juga ingin berpulang sepertimu, lelap dalam tidur panjang tanpa beban..suatu saat nanti.

Sungguh, siapa menduga Allah melalui Izroil-Nya akan menjemputmu begitu cepat. Sungguh, bahkan sampai kamu diambil-Nya pun, sesaat aku masih belum percaya. Karena semuanya begitu cepat terjadi. Aku hanya bisa berucap:

Inalillahi wainna ilaihi rooji'un..

Meski memang hanya terhitung bulan masa yang indah bersamanya.

Terima kasih yaa Allah, Kau berikan kami kesempatan untuk kembali mengenal,

bahkan lebih dekat, setelah ada satu setengah tahun kami lost-contact,

tidak saling bertegur sapa.

Kini telah Kau panggil dia pulang dalam rengkuhan-Mu.

Aku ridho akan takdir-Mu, yaa Rabb...



Aku tidak perlu kata-kata lagi. Seratus hari sejak kepergianmu, sempatkanlah menjengukku dan orang-orang yg menyayangimu.

Doa ku akan selalu bersamamu, apah...

Al-fatihah...



*this note is dedicated to almarhum Wahyu Widodo, yang wafat Senin, 02 Mei 2011 --*e_c*--