Jumat, 22 Juli 2011

Terima Kasih, Yuwi...

” Saat Terindah Dalam Hidupku Adalah Bersamamu, Saat Tersedih Dalam Hidupku Adalah Kehilanganmu”


Namanya Yuwi, cowok yang baru berusia 23 tahun. Wajahnya.. kata orang sih nggak ganteng, nggak putih dan juga nggak atletis. Sampai detik ini, temen-temen masih mikir? Kok bisa ya dia jadi pacarku? Padahal sumpah mati mereka tau, aku nggak pernah berharap punya pacar kayak dia.

Mungkin awalnya demikian, tapi dari seorang Yuwi..aku belajar banyak tentang bagaimana menghargai seorang laki-laki, bagaimana memperlakukan laki-laki, dan terakhir bagaimana mengerti arti cinta itu sesungguhnya.


Suatu hari, aku lagi asyik online. Temen-temenku uda pada mulai eksis di dunia maya. Rasanya kalau nggak gabung, bisa jadi aku dianggap ketinggalan zaman. Padahal anak SD pun punya akun di dunia maya. Lupakan sejenak kisah stupid itu, yang pasti dari dunia maya, aku bisa kontak-kontakan lagi sama temen-temenku dari jaman pipis di celana sampai sekarang ngerti kalau umurku uda berkepala dua, 20 tahun.

Nah, karena baru aja putus cinta. Rasanya aku alergi banget sama foto-foto mantanku yang nangkring di akun-ku, jadi tugasku malam itu adalah menghapus semua foto-foto mantanku. Tapi semakin aku perhatikan foto-foto kenang-kenangan kita, kok rasanya aku jadi sedih sendiri ya. Sampai tanpa sadar aku nangis, padahal yang minta putus juga aku. Sepertinya menjadi satu kesalahan fatal aku bersama dia.
Saat aku menangis, seseorang muncul di chat-ku. Dia bilang:

“ Lagi putus cinta ya? “ kata dia.

Awalnya mau ku cuekin, tapi kayaknya bakal menarik juga ya kalau aku marah-marah dan maki-maki orang ini, soalnya setau ku, dia bukan pemarah. Ya, aku tau siapa dia. Namanya Yuwi. Kakak kelasku semasa SMA, tapi kami hanya sekedar kenal nggak begitu akrab. Perkenalan kami pun karena dia kakak sepupu salah seorang temen baikku. Well, kembali ke chat.

“ Sok tau!” kataku,

“ Ya tau dong, kan aku juga lagi putus cinta, senasib deh..”

Kalimat dia bikin aku langsung nyengir. Penasaran sekaligus merasa senasib. Singkat kata, walaupun belum terlalu akrab sama dia, akhirnya kita malah jadi curhat-curhatan. Aku jadi tau juga, kalau dia putus sama pacarnya karena nggak cocok setelah beberapa bulan pacaran. Dalam hatiku berkata, baru beberapa bulan uda dibilang kagak cocok, masa iya dia terdukung sebagai playboy?

Akhirnya kita nggak bicara lagi setelah malam itu, tapi dia sempat memberikan nomor ponselnya ke aku.

“ Thanks uda mau temenin ngobrol malam ini?”

Aku hanya senyum-senyum manggut, setauku, harusnya aku yang curhat, kok malah jadi dia. Ya sudahlah, setidaknya dia uda bikin malam ini berwarna. Kita pun pisah, tanpa bicara dan aku sempat memberikan nomor ponselku juga.

“ Kenapa harus Heaven_devil, kenapa ga Heaven_angel”

Komentar dia soal nama id-ku. Aku terdiam dan offline. Bukan urusan dia kalau aku mau jadi devil or angel, yang pasti hari itu menjadi hari permulaan kita.

***

2 bulan kemudian.
Ada acara kopdar dan halal bihalal sebuah room-chat dunia maya di sebuah cafe. Awalnya aku nggak ingin hadir. Tapi Yuwi mengajakku turut serta, akhirnya dia menjemputku. Nggak banyak orang yang ku kenal di acara itu. Berbeda dengan Yuwi, yang sudah cukup akrab dengan semua orang yang ada di tempat itu. Ada satu hal yang agak mengganjal dan sempat memunculkan pertanyaan di otakku. Ada yang ku rasa berbeda dari sapaan salah satu cewek di komunitas itu. Karena ku rasa tidak ada yang salah dengan diriku, aku cuek.

***

2 minggu kemudian.
Salah satu temen dari dunia maya nikah. Aku dapet undangan juga. Aku tau, tentunya tau banget rasanya ke undangan seorang diri. Kalau bukan karena yang ngundang ini baik sama aku, pasti aku nggak mau datang. Kebetulan temen baikku, May juga dapet undangan, jadi aku pikir bisa bareng sama dia. Kita memutuskan untuk menghadiri undangan usai maghrib dengan berangkat sendiri dari rumah masing-masing dan ketemu di lokasi.

Siang harinya, aku mendapat sms dari Yuwi, intinya menanyakan soal undangan. Dan akhirnya, Yuwi memutuskan untuk ikut bareng juga.

***

Malam harinya, tepat usai maghrib, Yuwi sudah nongol di depan rumahku. Pikirku, on-time juga ini orang. Di saat perjalanan pulang, aku ngobrol ringan sama dia. Berkali-kali dia ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi diurungkan niatnya itu. Sampai sempat aku dengar dia bilang, “I love you”. Aku pura-pura tidak mendengar dengan jelas, ku minta dia untuk mengulangi. Dia hanya berkata, “Ah, bukan apa-apa”.

Singkat cerita, sejak saat itu kami semakin dekat. Dia sering sekedar mampir atau main ke rumahku. Entah itu sewaktu dia pulang ngampus maupun memang sengaja berangkat dari rumah. Entah apa sebutan untuk kedekatan itu. Kekasih belum, temen lebih.

Suatu malam, dia meminta maaf dan bercerita kalau dia mendekatiku awalnya hanya untuk membuat cemburu seorang cewek. Aku sempat marah dan..cemburu! lho?? Aku cemburu? Hah. Yang benar saja. Aku mencoba menetralkan perasaanku.

Aku banyak bertanya kenapa harus aku dan kenapa dia melakukan hal itu. Saat itu pula aku sadar, kenapa aku mendapat tatapan yang berbeda saat acara halal bihalal beberapa bulan lalu. Dia menceritakan semuanya, dan baiklah..bisa diterima, walau agak nyeseg juga sih... Sebagai permintaan maafnya, dia bakal nraktir aku. Aku setuju saja.

***

Kebetulan hari itu aku masuk siang. Dia jemput aku dan mengantarku ke kampus. Aku suruh dia pulang, ku bilang biar nanti aku pulang sama temenku. Dia menolak, memutuskan untuk menunggu sampai jam kuliahku selesai. Tersentuh juga saat ku lihat dia duduk sendirian sambil merokok di luar kelas, diam-diam ku perhatikan dia.

Pulang dari kampus, kita memutuskan untuk cari makan dan kita bicara panjang lebar. Mengenal Yuwi lebih dalam tentang siapa dia. Orangnya menarik, sopan dan yang pasti baik sekali. Aku bukan cewek yang bodoh dalam menilai, tapi aku yakin banget, Yuwi itu terlalu baik sebagai cowok, apalagi ditambah dengan kalimat dia tentang kisah cinta dia yang berujung kalau dia ditinggalkan sama pacarnya.

Kami juga bercerita tentang kisah-kisah masa lalu sewaktu masih di SMA. Kami sering main bareng temen-temen satu gank, rame-rame. Dia memang kakak buat anak-anak gank-ku. Dia pun bertanya kenapa aku bisa putus dengan cowokku. Aku ceritakan semuanya. Nggak sadar, aku nangis. Cengeng banget ya. Dia memelukku. Dan kalimatnya yang indah membuat aku tersadar untuk berhenti menangis.

“ Etha, jangan menangis untuk orang yang menyakiti kamu, tapi menangis untuk kebahagiaan kamu karena akhirnya kamu tau siapa cowok itu..”

Yuwi benar, aku nggak boleh menangis karena orang stupid itu, harusnya menangis karena bahagia akhirnya aku tau cinta dia itu palsu.

***

Yuwi seperti obat bagi kehidupanku setelah makan siang itu, aku banyak menghabiskan waktu sama dia. Lucunya, dia seperti banyak waktu untuk orang seperti aku, malam-malam dia datang ke rumah hanya untuk mengantarkan coklat atau kue. Padahal sedang musim hujan. Dia rela nungguin aku di kampus padahal dia juga ada janji lain.

Yuwi memang pria yang sangat baik, dia tetap selalu setia ada dalam hidupku. Dia rela menjagaku saat aku sakit. Entah apa yang dipikiran Yuwi. Mengapa dia sangat baik sama aku. Di suatu malam, entah karena aku lagi bad mood karena habis ribut sama mamah. Aku langsung mempertanyakan semua yang ingin aku tau.

“ Kenapa sih, kamu baik banget?” tanyaku.

“ Apa salah kalau aku baik sama calon istriku?” jawabnya jelas.

Jawaban yang membuatku terdiam dan nggak bisa berkata-kata, oh, speechless.

“Kenapa aku? Nothing special in me” kataku.

“Ku jatuh hati pada semua yang ada di diri kamu, biarkan sayang mengalir dengan apa adanya, ku cuman ingin meyakinkan kamu” jelas dia.

Oke. Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Tepatnya, bingung..atau semakin yakin ya?

Yang pasti hari-hari ku berjalan dengan dia ada bersamaku. Memang hanya beberapa bulan, tapi terasa sekali kehadirannya dalam hidupku. Jelas saja, hampir tiap hari dia ke rumahku, sudah seperti rumah kedua buat dia. Dia sudah menjadi bagian dari hidupku meski aku nggak pernah memberi jawaban pasti akan perasaannya. Aku terlalu naif untuk mengakui perasaanku.

***

Sampai pada suatu malam.
Seperti biasanya, dia berencana untuk ke rumahku. Nggak seperti biasa, selain karena hujan yang nggak berhenti sejak siang, entah karena apa aku sangat nggak setuju dan melarangnya. Tapi sms terakhir dia bilang sudah terlanjur siap berangkat. Dengan segera aku larang dia. Dan sepertinya terlambat untuk mencegah kenekatannya.

Satu jam, dua jam, tiga jam..nggak ada kabar dari dia. Kalau dia nekat, nggak sampai satu jam dia harusnya uda ada di rumahku. Tapi ini dia nggak juga sampai di sini. Aku mencoba telepon dan sms tapi nggak ada respon.

Baru sekitar menjelang jam 11 malam ada sms dari sepupunya, “Mbak, mas Yuwi kecelakaan dannn...meninggal!!”

Kabar itu membuat tubuhku lemas. Masih belum percaya. Ingin rasanya aku terbangun dan menyadari ini mimpi!! Tapi ini bukan mimpi. Ini nyata.

Hatiku hancur. Retak dan sangat menyesal. Bahkan aku nggak sempat meminta maaf dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan ketulusan dia disisiku. Kalau saja aku bisa menarik waktu dan mengubah segalanya, aku akan meminta maaf dan menyadari betapa dia sangat berharga lebih dari arti seorang kekasih.

Dia adalah seseorang yang telah mengajarkan aku tentang arti cinta kasih, tentang sebuah pengorbanan dan kehidupan.

Yuwi, mungkin kamu nggak akan pernah jadi pendamping hidupku. Tapi kamu akan menjadi bagian dalam hidupku. Dan biarkan aku meminta izin untuk mengatakan kepada dunia kalau kamu adalah kekasihku, walau terlambat.

satu hal yang sulit kulupakan tentang kamu adalah
saat kamu hadir dalam hidupku untuk ada
satu hal yang sulit kulepaskan tentang kamu adalah
saat kamu berkorban untuk hidupku untuk ada
satu hal yang tak mungkin kuhapuskan tentang kamu adalah
saat kamu menerima segenggam melati dariku sebagai perpisahan kita.
aku tau, sulit bagimu untuk membagi hatimu
aku tau, aku hanya datang disaat kamu bimbang
aku tau, aku hanya ada bagimu saat kamu butuhkan
tapi aku tidak pernah merasa menyesal
karena cintamu..
tapi aku tidak pernah merasa kecewa
karena harus berpisah..
aku hanya sulit melupakan dirimu,
bukan cintamu.
karena dengan dirimu lah aku merasa bahagia.
Yuwi...
saat terindah dalam hidupku adalah bersamamu
saat tersedih dalam hidupku adalah kehilanganmu
andai kelak kamu kembali lagi padaku,
aku tau saat itulah aku telah mengerti tentang kamu sepenuhnya.
andai kelak kamu kembali lagi padaku,
berjanjilah hatimu telah penuh dengan keinginan
untuk kebahagiaan kita selamanya
walau di dunia selanjutnya yang mempertemukan kita.


Begitu banyak bagian dari kita yang indah hingga aku tak sadar, tentangmu telah melahirkan sejuta air mata dan inspirasi dalam hidupku. Yuwi, mungkin sulit bagiku untuk melupakan kamu. Mungkin berpisah denganmu adalah hal yang terbaik diberikan Tuhan untuk kita.

Kamu tau, saat aku bimbang untuk memberikan isi hatiku padamu. Kamu mampu mengetuk pintu hatiku untuk tidak melepaskan kamu, tapi aku sulit dan merasa telah memberikan hal buruk dalam hidupmu.

Yuwi, aku tau kamu mungkin kini telah lupa akan segala yang pernah ada dalam hidup kita. Aku tau kamu mungkin kini, telah bahagia dengan Tuhan disampingmu.
Tak ada yang lebih mengharukan ketika kisahmu berhasil membuat ribuan air mata mengenangmu untuk sebagai pria yang indah bagi setiap orang yang menyayangimu.

Yuwi..semoga saja, kamu bisa kembali dalam hidupku.
Karena aku sungguh ingin kamu tau.. Aku sangat mencintaimu walau itu belum sempat kubuktikan padamu.

Semoga puisi ini menjadi hal terindah yang bisa kusimpan dalam hatiku untukmu.
Terima kasih telah hadir dalam hidupku.

***END***
Semoga kisah ini menjadi kisah yang mampu memberikan arti bagi kalian untuk mengerti bahwa kebaikan dan ketulusan di atas segalanya.
[based on true story of Etha]

Rabu, 13 Juli 2011

Sekedar Mimpi

Saat ku tau kamu telah jauh pergi
Tinggalkan aku sendiri
Ada rindu membekas di hatiku
Ku sesali mengapa sering ku abaikan saat kamu di sini
Maafkan aku..

Bila aku boleh meminta
Ingin ku ulang hari jadi lebih baik
Kan ku genggam erat tanganmu
Tak pernah ku lepaskan..

Aku masih berharap ini hanya sekedar mimpi..
Hanya mimpi..

Apa kamu tau sulitnya aku bernafas?
Itu karena aku merindukanmu..
Menyesakkan..

Mungkinkah kamu tau..
Bagaimana rasa sepi tanpamu??
Begitu hampa..

Seandainya aku boleh meminta..
Inginku.. Kamu kembali dalam pelukanku
Kan ku peluk erat dirimu
Tak kan pernah ku lepas lagi
Jika saja ini bukan hanya kata andai..

Bukan hanya sekedar mimpi
Aku ingin kau kembali
Memelukku dan temani aku..

Tak ingin hanya mimpi..
Karena ku ingin ketika ku terjaga,
ku buka mataku, kau sudah ada..

Jauh dari harapanku..
Tak sama dengan mimpiku..

Senin, 11 Juli 2011

Biarkan Saja Aku!!

Biarkan saja aku seperti ini..
Ini luka.. memang terperih yang pernah ku rasa.
Tidak hanya butuh waktu lama, tapi juga usaha keras untuk memulihkannya.
Meski akhirnya juga tidak akan pernah bisa kembali seperti semula.

Biarkan saja dulu...
Aku terdiam bersama kenangan.. segala tentangnya.
Karena memang aku tidak pernah berniat menanggalkannya.
Bukan.. Bukan inginku terbenam dalam sendu.
Tapi itu hak ku..
Aku berhak atas mau ku!

Biarkan saja dulu..
Aku sendiri dengan emosi yang tersisa kini.
Aku diam bukan tidak berupaya.
Aku berusaha menyadari kenyataan yang ada.. bahwa ia tiada..
Tapi.. masih dan selalu ada..
Di hati ku..
Di pikiran ku..

Tolong.. jangan paksa aku...
Sama sekali aku tidak ingin melukai.
Karena aku sendiri masih bernegosiasi dengan kelukaan ini.
Biarkan aku menata semua.. tidak sendiri, tapi bersama kenangan tentangnya dalam hati..
Just... Let me alone!!

Sabtu, 09 Juli 2011

Terima Kasih, Denish...

” Saat Terindah Dalam Hidupku Adalah Bersamamu, Saat Tersedih Dalam Hidupku Adalah Kehilanganmu”


Namanya Denish, cowok yang baru berusia 23 tahun. Wajahnya.. kata orang sih nggak ganteng, nggak putih dan juga nggak atletis. Sampai detik ini, temen-temen masih mikir? Kok bisa ya dia jadi pacarku? Padahal sumpah mati mereka tau, aku nggak pernah berharap punya pacar kayak dia.

Mungkin awalnya demikian, tapi dari seorang Denish..aku belajar banyak tentang bagaimana menghargai seorang laki-laki, bagaimana memperlakukan laki-laki, dan terakhir bagaimana mengerti arti cinta itu sesungguhnya.


Suatu hari, aku lagi asyik online. Temen-temenku uda pada mulai eksis di dunia maya. Rasanya kalau nggak gabung, bisa jadi aku dianggap ketinggalan zaman. Padahal anak SD pun punya akun di dunia maya. Lupakan sejenak kisah stupid itu, yang pasti dari dunia maya, aku bisa kontak-kontakan lagi sama temen-temenku dari jaman pipis di celana sampai sekarang ngerti kalau umurku uda berkepala dua, 20 tahun.

Nah, karena baru aja putus cinta. Rasanya aku alergi banget sama foto-foto mantanku yang nangkring di akun-ku, jadi tugasku malam itu adalah menghapus semua foto-foto mantanku. Tapi semakin aku perhatikan foto-foto kenang-kenangan kita, kok rasanya aku jadi sedih sendiri ya. Sampai tanpa sadar aku nangis, padahal yang minta putus juga aku. Sepertinya menjadi satu kesalahan fatal aku bersama dia.
Saat aku menangis, seseorang muncul di chat-ku. Dia bilang:

“ Lagi putus cinta ya? “ kata dia.

Awalnya mau ku cuekin, tapi kayaknya bakal menarik juga ya kalau aku marah-marah dan maki-maki orang ini, soalnya setau ku, dia bukan pemarah. Ya, aku tau siapa dia. Namanya Denish. Kakak kelasku semasa SMA, tapi kami hanya sekedar kenal nggak begitu akrab. Perkenalan kami pun karena dia kakak sepupu salah seorang temen baikku. Well, kembali ke chat.

“ Sok tau!” kataku,

“ Ya tau dong, kan aku juga lagi putus cinta, senasib deh..”

Kalimat dia bikin aku langsung nyengir. Penasaran sekaligus merasa senasib. Singkat kata, walaupun belum terlalu akrab sama dia, akhirnya kita malah jadi curhat-curhatan. Aku jadi tau juga, kalau dia putus sama pacarnya karena nggak cocok setelah beberapa bulan pacaran. Dalam hatiku berkata, baru beberapa bulan uda dibilang kagak cocok, masa iya dia terdukung sebagai playboy?

Akhirnya kita nggak bicara lagi setelah malam itu, tapi dia sempat memberikan nomor ponselnya ke aku.

“ Thanks uda mau temenin ngobrol malam ini?”

Aku hanya senyum-senyum manggut, setauku, harusnya aku yang curhat, kok malah jadi dia. Ya sudahlah, setidaknya dia uda bikin malam ini berwarna. Kita pun pisah, tanpa bicara dan aku sempat memberikan nomor ponselku juga.

“ Kenapa harus Heaven_devil, kenapa ga Heaven_angel”

Komentar dia soal nama id-ku. Aku terdiam dan offline. Bukan urusan dia kalau aku mau jadi devil or angel, yang pasti hari itu menjadi hari permulaan kita.

***

2 bulan kemudian.
Ada acara kopdar dan halal bihalal sebuah room-chat dunia maya di sebuah cafe. Awalnya aku nggak ingin hadir. Tapi Denish mengajakku turut serta, akhirnya dia menjemputku. Nggak banyak orang yang ku kenal di acara itu. Berbeda dengan Denish, yang sudah cukup akrab dengan semua orang yang ada di tempat itu. Ada satu hal yang agak mengganjal dan sempat memunculkan pertanyaan di otakku. Ada yang ku rasa berbeda dari sapaan salah satu cewek di komunitas itu. Karena ku rasa tidak ada yang salah dengan diriku, aku cuek.

***

2 minggu kemudian.
Salah satu temen dari dunia maya nikah. Aku dapet undangan juga. Aku tau, tentunya tau banget rasanya ke undangan seorang diri. Kalau bukan karena yang ngundang ini baik sama aku, pasti aku nggak mau datang. Kebetulan temen baikku, May juga dapet undangan, jadi aku pikir bisa bareng sama dia. Kita memutuskan untuk menghadiri undangan usai maghrib dengan berangkat sendiri dari rumah masing-masing dan ketemu di lokasi.

Siang harinya, aku mendapat sms dari Denish, intinya menanyakan soal undangan. Dan akhirnya, Denish memutuskan untuk ikut bareng juga.

***

Malam harinya, tepat usai maghrib, Denish sudah nongol di depan rumahku. Pikirku, on-time juga ini orang. Di saat perjalanan pulang, aku ngobrol ringan sama dia. Berkali-kali dia ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi diurungkan niatnya itu. Sampai sempat aku dengar dia bilang, “I love you”. Aku pura-pura tidak mendengar dengan jelas, ku minta dia untuk mengulangi. Dia hanya berkata, “Ah, bukan apa-apa”.

Singkat cerita, sejak saat itu kami semakin dekat. Dia sering sekedar mampir atau main ke rumahku. Entah itu sewaktu dia pulang ngampus maupun memang sengaja berangkat dari rumah. Entah apa sebutan untuk kedekatan itu. Kekasih belum, temen lebih.

Suatu malam, dia meminta maaf dan bercerita kalau dia mendekatiku awalnya hanya untuk membuat cemburu seorang cewek. Aku sempat marah dan..cemburu! lho?? Aku cemburu? Hah. Yang benar saja. Aku mencoba menetralkan perasaanku.

Aku banyak bertanya kenapa harus aku dan kenapa dia melakukan hal itu. Saat itu pula aku sadar, kenapa aku mendapat tatapan yang berbeda saat acara halal bihalal beberapa bulan lalu. Dia menceritakan semuanya, dan baiklah..bisa diterima, walau agak nyeseg juga sih... Sebagai permintaan maafnya, dia bakal nraktir aku. Aku setuju saja.

***

Kebetulan hari itu aku masuk siang. Dia jemput aku dan mengantarku ke kampus. Aku suruh dia pulang, ku bilang biar nanti aku pulang sama temenku. Dia menolak, memutuskan untuk menunggu sampai jam kuliahku selesai. Tersentuh juga saat ku lihat dia duduk sendirian sambil merokok di luar kelas, diam-diam ku perhatikan dia.

Pulang dari kampus, kita memutuskan untuk cari makan dan kita bicara panjang lebar. Mengenal Denish lebih dalam tentang siapa dia. Orangnya menarik, sopan dan yang pasti baik sekali. Aku bukan cewek yang bodoh dalam menilai, tapi aku yakin banget, Denish itu terlalu baik sebagai cowok, apalagi ditambah dengan kalimat dia tentang kisah cinta dia yang berujung kalau dia ditinggalkan sama pacarnya.

Kami juga bercerita tentang kisah-kisah masa lalu sewaktu masih di SMA. Kami sering main bareng temen-temen satu gank, rame-rame. Dia memang kakak buat anak-anak gank-ku. Dia pun bertanya kenapa aku bisa putus dengan cowokku. Aku ceritakan semuanya. Nggak sadar, aku nangis. Cengeng banget ya. Dia memelukku. Dan kalimatnya yang indah membuat aku tersadar untuk berhenti menangis.

“ Etha, jangan menangis untuk orang yang menyakiti kamu, tapi menangis untuk kebahagiaan kamu karena akhirnya kamu tau siapa cowok itu..”

Denish benar, aku nggak boleh menangis karena orang stupid itu, harusnya menangis karena bahagia akhirnya aku tau cinta dia itu palsu.

***

Denish seperti obat bagi kehidupanku setelah makan siang itu, aku banyak menghabiskan waktu sama dia. Lucunya, dia seperti banyak waktu untuk orang seperti aku, malam-malam dia datang ke rumah hanya untuk mengantarkan coklat atau kue. Padahal sedang musim hujan. Dia rela nungguin aku di kampus padahal dia juga ada janji lain.

Denish memang pria yang sangat baik, dia tetap selalu setia ada dalam hidupku. Dia rela menjagaku saat aku sakit. Entah apa yang dipikiran Denish. Mengapa dia sangat baik sama aku. Di suatu malam, entah karena aku lagi bad mood karena habis ribut sama mamah. Aku langsung mempertanyakan semua yang ingin aku tau.

“ Kenapa sih, kamu baik banget?” tanyaku.

“ Apa salah kalau aku baik sama calon istriku?” jawabnya jelas.

Jawaban yang membuatku terdiam dan nggak bisa berkata-kata, oh, speechless.

“Kenapa aku? Nothing special in me” kataku.

“Ku jatuh hati pada semua yang ada di diri kamu, biarkan sayang mengalir dengan apa adanya, ku cuman ingin meyakinkan kamu” jelas dia.

Oke. Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Tepatnya, bingung..atau semakin yakin ya?

Yang pasti hari-hari ku berjalan dengan dia ada bersamaku. Memang hanya beberapa bulan, tapi terasa sekali kehadirannya dalam hidupku. Jelas saja, hampir tiap hari dia ke rumahku, sudah seperti rumah kedua buat dia. Dia sudah menjadi bagian dari hidupku meski aku nggak pernah memberi jawaban pasti akan perasaannya. Aku terlalu naif untuk mengakui perasaanku.

***

Sampai pada suatu malam.
Seperti biasanya, dia berencana untuk ke rumahku. Nggak seperti biasa, selain karena hujan yang nggak berhenti sejak siang, entah karena apa aku sangat nggak setuju dan melarangnya. Tapi sms terakhir dia bilang sudah terlanjur siap berangkat. Dengan segera aku larang dia. Dan sepertinya terlambat untuk mencegah kenekatannya.

Satu jam, dua jam, tiga jam..nggak ada kabar dari dia. Kalau dia nekat, nggak sampai satu jam dia harusnya uda ada di rumahku. Tapi ini dia nggak juga sampai di sini. Aku mencoba telepon dan sms tapi nggak ada respon.

Baru sekitar menjelang jam 11 malam ada sms dari sepupunya, “Mbak, mas Denish kecelakaan dannn...meninggal!!”

Kabar itu membuat tubuhku lemas. Masih belum percaya. Ingin rasanya aku terbangun dan menyadari ini mimpi!! Tapi ini bukan mimpi. Ini nyata.

Hatiku hancur. Retak dan sangat menyesal. Bahkan aku nggak sempat meminta maaf dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan ketulusan dia disisiku. Kalau saja aku bisa menarik waktu dan mengubah segalanya, aku akan meminta maaf dan menyadari betapa dia sangat berharga lebih dari arti seorang kekasih.

Dia adalah seseorang yang telah mengajarkan aku tentang arti cinta kasih, tentang sebuah pengorbanan dan kehidupan.

Denish, mungkin kamu nggak akan pernah jadi pendamping hidupku. Tapi kamu akan menjadi bagian dalam hidupku. Dan biarkan aku meminta izin untuk mengatakan kepada dunia kalau kamu adalah kekasihku, walau terlambat.

satu hal yang sulit kulupakan tentang kamu adalah
saat kamu hadir dalam hidupku untuk ada
satu hal yang sulit kulepaskan tentang kamu adalah
saat kamu berkorban untuk hidupku untuk ada
satu hal yang tak mungkin kuhapuskan tentang kamu adalah
saat kamu menerima segenggam melati dariku sebagai perpisahan kita.
aku tau, sulit bagimu untuk membagi hatimu
aku tau, aku hanya datang disaat kamu bimbang
aku tau, aku hanya ada bagimu saat kamu butuhkan
tapi aku tidak pernah merasa menyesal
karena cintamu..
tapi aku tidak pernah merasa kecewa
karena harus berpisah..
aku hanya sulit melupakan dirimu,
bukan cintamu.
karena dengan dirimu lah aku merasa bahagia.
Denish...
saat terindah dalam hidupku adalah bersamamu
saat tersedih dalam hidupku adalah kehilanganmu
andai kelak kamu kembali lagi padaku,
aku tau saat itulah aku telah mengerti tentang kamu sepenuhnya.
andai kelak kamu kembali lagi padaku,
berjanjilah hatimu telah penuh dengan keinginan
untuk kebahagiaan kita selamanya
walau di dunia selanjutnya yang mempertemukan kita.


Begitu banyak bagian dari kita yang indah hingga aku tak sadar, tentangmu telah melahirkan sejuta air mata dan inspirasi dalam hidupku. Denish, mungkin sulit bagiku untuk melupakan kamu. Mungkin berpisah denganmu adalah hal yang terbaik diberikan Tuhan untuk kita.

Kamu tau, saat kamu bimbang untuk memberikan isi hatimu padaku. Aku hanya bisa mengetuk pintu hatimu untuk tidak melepaskan aku, tapi aku sulit dan merasa telah memberikan hal buruk dalam hidupmu.

Denish, aku tau kamu mungkin kini telah lupa akan segala yang pernah ada dalam hidup kita. Aku tau kamu mungkin kini, telah bahagia dengan Tuhan disampingmu.
Tak ada yang lebih mengharukan ketika kisahmu berhasil membuat ribuan air mata mengenangmu untuk sebagai pria yang indah bagi setiap orang yang menyayangimu.

Denish..semoga saja, kamu bisa kembali dalam hidupku.
Karena aku sungguh ingin kamu tau.. Aku sangat mencintaimu walau itu belum sempat kubuktikan padamu.
Semoga puisi ini menjadi hal terindah yang bisa kusimpan dalam hatiku untukmu.
Terima kasih telah hadir dalam hidupku.

***END***
Semoga kisah ini menjadi kisah yang mampu memberikan arti bagi kalian untuk mengerti bahwa kebaikan dan ketulusan di atas segalanya.
[based on true story of Etha]